Bentrok sengit antara dua kubu pendukung pasangan calon Pilkada di Puncak Jaya kembali terjadi, menimbulkan korban jiwa dan luka-luka.
Polisi gencar mengumpulkan data korban serta memeriksa saksi untuk mengungkap kronologi lengkap insiden tersebut. Konflik berawal dari pelanggaran wilayah dan ketegangan yang berkembang menjadi aksi kekerasan di beberapa lokasi strategis. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Info Kejadian Papua.
Latar Belakang Bentrokan di Puncak Jaya
Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah, kembali dilanda bentrokan berdarah antara dua kubu pendukung pasangan calon bupati dan wakil bupati dalam Pilkada yang berlangsung ketat. Konflik ini memanas pada Kamis, 5 Juni 2025, disertai insiden kekerasan yang menimbulkan korban jiwa dan luka-luka dalam jumlah signifikan.
Bentrokan yang berawal dari ketegangan politik ini melibatkan pendukung Yuni Wonda-Mus Kagoya sebagai paslon nomor urut 1 dan Miren Kogoya-Mendi Wonerengga sebagai paslon nomor urut 2. Penyebab langsung bentrokan dilaporkan karena adanya pelanggaran batas wilayah antara kedua massa yang bertikai. Tepatnya saat pendukung Miren Kogoya melewati batas wilayah pendukung Yuni Wonda di area Bandara Mulia.
Ketegangan ini dengan cepat membesar menjadi bentrokan fisik dengan senjata tajam dan pembakaran rumah warga yang memicu situasi mencekam di beberapa titik strategis. Seperti Kampung Karubate, Distrik Muara dan Kampung Pruleme serta Kampung Usir, Distrik Mulia.
Korban dan Kerusakan yang Terjadi
Kapolres Puncak Jaya, AKBP Achmad Fauzan, mengonfirmasi bahwa bentrokan antara pendukung kedua pasangan calon ini. Menyebabkan dua orang meninggal dunia dan sebanyak 215 orang mengalami luka-luka. Korban luka tidak hanya berasal dari massa pendukung, tetapi juga termasuk pelajar dan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tidak terlibat langsung dalam pertempuran.
Luka-luka yang diderita beragam, mulai dari terkena senjata tajam sampai luka panah. Selain kerugian jiwa dan fisik, bentrokan juga mengakibatkan kerusakan harta benda yang cukup besar. Sebanyak 12 bangunan termasuk rumah dan honai milik warga dibakar selama bentrokan berlangsung. Bentrokan ini berlangsung di beberapa lokasi yang strategis sehingga mempersulit penanganan dan evakuasi korban.
Baca Juga: Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Hentikan Sementara Tambang Nikel di Raja Ampat
Upaya dan Respons Polisi
Polisi dan aparat keamanan kini fokus mengendalikan situasi dan mengumpulkan data korban dengan seksama. Kapolres AKBP Achmad Fauzan menyebutkan bahwa petugas masih berada di lapangan untuk memastikan jumlah korban luka maupun orang yang meninggal.
Selain data korban, polisi juga melakukan pencatatan terhadap kerusakan materiil yang terjadi akibat pembakaran dan perusakan properti warga. Petugas gabungan dari Polri dan TNI telah diterjunkan ke lokasi. Melakukan patroli dan penyekatan di titik-titik rawan bentrokan agar ketegangan tidak kembali memuncak.
Polisi juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan waspada terhadap potensi provokasi yang dapat memicu bentrokan susulan. Aparat keamanan siap melakukan langkah tegas untuk mengantisipasi gangguan keamanan dan memberikan perlindungan kepada warga yang terdampak.
Dinamika Konflik Politik yang Memicu Bentrokan
Konflik antara dua kubu pendukung pasangan calon ini bukan kali pertama terjadi, melainkan bagian dari ketegangan politik yang berlangsung hampir sepanjang masa Pilkada di Puncak Jaya sejak akhir 2024. Persaingan sengit yang diwarnai tuduhan pelanggaran prosedural dan sengketa hasil pilkada memicu perpecahan di masyarakat lokal.
Terlebih lagi, munculnya dugaan keterlibatan kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang memanfaatkan kekacauan menjadikan situasi semakin kompleks dan sulit dikendalikan. Bentrokan sebelumnya pada awal April 2025 telah menimbulkan 12 korban jiwa dan ratusan luka-luka, begitu pula kerusakan ratusan bangunan. Upaya rekonsiliasi dan pelaksanaan adat sebagai jembatan damai belum terlaksana, sehingga potensi bentrokan lanjutan tetap terbuka lebar.
Harapan dan Tantangan Mengatasi Konflik di Puncak Jaya
Situasi Puncak Jaya menunjukkan betapa rentannya masyarakat terhadap dinamika politik lokal yang berujung pada konflik kekerasan berkepanjangan. Untuk itu, aparat keamanan dan pemerintah daerah diharapkan mengambil tindakan konkret dan strategis guna meredakan ketegangan.
Pendekatan yang mengedepankan dialog antar tokoh masyarakat, pelaksanaan prosesi adat perdamaian. Serta pengawasan ketat terhadap kemungkinan intervensi kelompok eksternal menjadi kunci upaya rekonsiliasi. Selain itu, pemulihan kondisi keamanan harus diiringi dengan perlindungan dan pemulihan korban baik dari sisi kesehatan maupun pemulihan harta benda agar masyarakat bisa kembali menjalani aktivitas normal tanpa rasa takut.
Keterlibatan seluruh pemangku kepentingan serta penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku kekerasan merupakan faktor penting dalam mencegah terjadinya bentrokan serupa di masa mendatang.
Kesimpulan
Bentrokan dua kubu pendukung pilkada di Kabupaten Puncak Jaya pada 5 Juni 2025 menimbulkan dua korban tewas dan 215 orang luka-luka. Serta kerusakan 12 bangunan akibat pembakaran dan perusakan. Polisi bersama aparat keamanan saat ini sedang mengumpulkan data korban dan berupaya mengendalikan situasi agar tidak terjadi bentrokan susulan.
Konflik ini bersumber dari persaingan politik yang memanas sejak pilkada 2024, diperparah dugaan provokasi dari kelompok tertentu dan keterlibatan kelompok kriminal bersenjata. Penanganan konflik memerlukan pendekatan holistik berupa rekonsiliasi adat, penegakan hukum, serta perlindungan dan pemulihan bagi korban.
Kunci akhir adalah menciptakan kestabilan sosial dan politik agar Puncak Jaya kembali aman dan damai bagi seluruh warganya. Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap tentang Bentrok di Puncak Jaya hanya di Info Kejadian Papua.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari www.detik.com
- Gambar Kedua dari www.detik.com