Anak buruh tembus kedokteran UGM gadis berusia 18 tahun asal Abepura, Papua, adalah anak pertama dari pasangan Nuryanto, buruh bangunan, dan ibu yang berjualan nasi kuning dan pecel kaki lima.

Meski hidup terbatas, sejak SMP Stanggy sudah bermimpi besar kuliah di UGM, Fakultas Kedokteran. Saat SMA di SMAN 4 Jayapura, Stanggy tinggal jauh dari orang tuanya, tekun menimba ilmu agar bisa mewujudkan cita-cita tersebut.
Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Info Kejadian Papua.
Prestasi Akademis dan Non‑Akademis
Stanggy bukan hanya unggul di kelas dia consistently meraih juara selama tiga tahun berturut-turut. Nilai Biologi, Matematika, dan Agama selalu hampir sempurna, di atas nilai 90. Prestasi akademisnya membuat dia semakin percaya diri bersaing secara nasional.
Selain prestasi akademik, Stanggy aktif dalam berbagai lomba:
- Tilawah Al‑Qur’an
- Olimpiade Sains Nasional (OSN) Informatika
- Lomba jurnalistik FLS2N
- Lomba pidato kebangsaan dan cipta puisi
- Lomba teknologi
Beberapa di antaranya ia menangkan hingga tingkat provinsi.
Keaktifannya di luar akademik membentuk karakter kepemimpinan dan public speaking modal penting untuk masa depan dokter.
Jalur Seleksi Kedokteran UGM
Pada tahun 2025, Stanggy mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) dan akhirnya dinyatakan diterima sebagai mahasiswa baru Fakultas Kedokteran, Keperawatan, dan Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada (FK‑KMK UGM).
Tidak hanya diterima, ia juga mendapatkan subsidi Uang Kuliah Tunggal (UKT) 50 % dari UGM dan menjadi penerima Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) yang dikhususkan bagi pelajar dari daerah 3T Tertinggal, Terdepan, dan Terluar.
Kelimanya, yakni penerimaan melalui SNBP, dukungan UKT, dan subsidi ADik menjadi kombinasi sempurna agar ia bisa melanjutkan kuliah kedokteran tanpa membebani keluarga yang ekonomi pas‑pasan.
Baca Juga: Gubernur Papua Tengah Berkomitmen Dukung Peternakan Ayam Broiler Mimika
Tantangan Masuk FK UGM

Bagi pelajar dari Papua, perjalanan menuju PTN top seperti UGM sangat menantang. Infrastruktur pendidikan di distrik Abepura terutama di distrik Wasur masih minim. Banyak siswa harus pindah ke kota besar untuk bersekolah.
Stanggy juga menempuh jarak sekitar 66 km ke Merauke demi sekolah. Kesulitan finansial, minimnya akses informasi, dan keterbatasan teknologi menjadi hambatan besar. Namun Stanggy membuktikan bahwa ketekunan dan kerja keras bisa menembus batas geografis.
Dampak Beasiswa Terhadap Pendidikan
Beasiswa UKT 50 % dari UGM dan subsidi ADik bukan hanya soal biaya kuliah. Bagi Stanggy, itu artinya bisa fokus belajar tanpa perlu membebani orang tua. Ia juga bisa aktif mengikuti organisasi di kampus karena tidak perlu bekerja paruh waktu untuk menutup biaya UKT.
Program ADik menjamin biaya pendidikan hingga lulus. Hal ini mendorong Stanggy untuk menjaga prestasi nilai IPK tetap tinggi agar tetap layak sebagai penerima beasiswa. Semangatnya juga menjadi inspirasi bagi siswa Papua lainnya untuk bermimpi tinggi, karena kesempatan pendidikan sejatinya terbuka meski berasal dari latar belakang terbatas.
Kesimpulan
Kisah Stanggy Nirwana Putri bukan hanya cerita penerimaan mahasiswa baru di fakultas kedokteran terkemuka, tapi simbol harapan: bahwa anak dari keluarga buruh bangunan di Papua bisa bersaing dan memenangkan beasiswa di UGM.
Dengan subsidi biaya dan dukungan beasiswa ADik, ia memulai babak baru sebagai calon dokter yang ingin mengabdi khususnya bagi masyarakat kurang beruntung seperti di kampung halaman. Ia juga menjadi role model bagi adik-adik di Papua dan Indonesia Timur bahwa jarak, keterbatasan, dan latar pelayanan masyarakat tidak menghalangi untuk bermimpi.
Untuk informasi terkini dan lengkap mengenai berbagai kejadian penting di Papua. Termasuk insiden keamanan dan bencana alam. Kalian bisa kunjungi Info Kejadian Papua sekarang juga.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Utama dari news.okezone.com
- Gambar Kedua dari ugm.ac.id