Posted in

BBKSDA Papua Angkat Bicara Pemusnahan Mahkota Cenderawasih

​​BBKSDA Papua telah menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Papua terkait pemusnahan mahkota cenderawasih yang dilakukan dengan cara dibakar​.

BBKSDA-Papua-Angkat-Bicara-Pemusnahan-Mahkota-Cenderawasih

Tindakan ini memicu protes dari warga Boven Digoel, Papua Selatan, yang menganggap mahkota cenderawasih sebagai lambang budaya dan identitas orang Papua. Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya tentang seputaran Info Kejadian Papua.

Kontroversi Pemusnahan Mahkota Cenderawasih

Pemusnahan mahkota burung cenderawasih yang disita BBKSDA Papua menimbulkan kontroversi dan reaksi keras dari masyarakat. Video pembakaran mahkota tersebut beredar luas di media sosial dan memicu kemarahan publik. Warga Boven Digoel menilai mahkota cenderawasih adalah lambang kehormatan masyarakat Papua yang digunakan dalam berbagai kegiatan adat dan sakral.

Majelis Rakyat Papua Selatan (MRP) juga menyayangkan tindakan ini. Mereka menekankan bahwa masih ada cara lain yang bisa ditempuh untuk menghormati budaya Papua tanpa harus memusnahkan benda-benda bernilai budaya tinggi. Pemusnahan mahkota cenderawasih dianggap melecehkan simbol identitas kultural masyarakat setempat.

Kementerian Kehutanan (Kemenhut) turut angkat bicara dan menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Papua. Mereka menegaskan bahwa niat pemusnahan bukan untuk menyinggung nilai budaya, melainkan bagian dari penegakan hukum terhadap perdagangan ilegal satwa liar yang dilindungi.

Klarifikasi BBKSDA Papua

Kepala BBKSDA Papua, Johny Santoso Silaban, meminta maaf kepada masyarakat Papua atas tindakan pemusnahan mahkota cenderawasih. Ia menegaskan bahwa pemusnahan dilakukan untuk menegakkan hukum dan memutus rantai perdagangan ilegal satwa liar. BBKSDA menekankan tujuan utama adalah menjaga kelestarian satwa, bukan melecehkan nilai budaya.

Pemusnahan dilakukan terhadap delapan mahkota burung cenderawasih yang menjadi barang bukti dalam operasi pengawasan peredaran satwa liar ilegal. BBKSDA menyebut kegiatan ini bagian dari patroli terpadu yang melibatkan pengawasan terhadap tindak pidana kehutanan di Papua.

Johny juga menegaskan bahwa BBKSDA akan memperbaiki mekanisme penanganan barang bukti di masa depan. Langkah ini termasuk koordinasi dengan tokoh adat dan lembaga setempat agar penghormatan terhadap budaya lokal tetap terjaga saat melakukan tindakan penegakan hukum.

Baca Juga: Tragedi Mahasiswa IPB Tewas Saat Ekspedisi Patriot di Papua

Kemenhut Akui Kekeliruan dan Sampaikan Permohonan Maaf

Kemenhut-Akui-Kekeliruan-dan-Sampaikan-Permohonan-Maaf

Kementerian Kehutanan secara resmi meminta maaf atas pemusnahan mahkota cenderawasih pada 20 Oktober 2025 di Jayapura. Mereka mengakui sebagian barang bukti memiliki nilai budaya tinggi bagi masyarakat Papua dan seharusnya diperlakukan lebih sensitif. Direktur Jenderal KSDAE, Satyawan Pudyatmoko, menyatakan bahwa mahkota cenderawasih bukan sekadar benda, tetapi simbol kehormatan dan identitas kultural masyarakat Papua.

Kemenhut menegaskan tidak ada niat untuk menyinggung atau mengabaikan nilai budaya. Tindakan pemusnahan dilakukan murni dalam kerangka penegakan hukum terhadap perdagangan ilegal satwa liar. Mereka juga menekankan pentingnya keseimbangan antara konservasi satwa dan penghormatan terhadap budaya setempat.

Permintaan maaf ini juga menjadi dasar untuk memperbaiki prosedur di lapangan. Kemenhut berkomitmen meningkatkan koordinasi dengan masyarakat Papua, lembaga adat, dan MRP, agar setiap keputusan terkait satwa liar bernilai budaya tetap memperhatikan aspek hukum dan sosial budaya.

Konservasi dan Penghormatan Budaya Pembelajaran Penting

Kemenhut menilai insiden ini menjadi pembelajaran penting bagi seluruh jajaran mereka. Dalam pengambilan keputusan di lapangan, aspek sosial dan budaya harus dipertimbangkan secara menyeluruh. Konservasi tidak hanya menjaga satwa di alam, tetapi juga menghormati nilai budaya dan kearifan lokal.

BBKSDA Papua diarahkan untuk melakukan komunikasi dan dialog intens dengan lembaga adat, tokoh masyarakat, dan MRP. Tujuan utamanya adalah memperkuat pemahaman bersama dan merumuskan mekanisme penanganan barang bukti satwa liar yang memiliki nilai budaya.

Melalui dialog ini, Kemenhut berharap konservasi cenderawasih sejalan dengan penghormatan budaya Papua. Mereka juga mempertimbangkan pengelolaan barang bukti untuk edukasi, bekerja sama dengan lembaga adat atau museum, sehingga nilai hukum dan budaya tetap terjaga.

Simak dan ikuti berita terupdate lainnya tentang Papua dan sekitarnya secara lengkap tentunya terpercaya hanya di Info Kejadian Papua.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari tribunnews.com
  2. Gambar Kedua dari tribunnews.com