Pada Senin, 16 Juni 2025, dini hari, gempa bumi dengan magnitudo 4,1 guncang Kabupaten Tolikara, Papua Pegunungan.

Gempa ini terjadi pada pukul 03.57 WIB, dan memiliki titik koordinat di 3.15 Lintang Selatan dan 139.01 Bujur Timur. Dibawah ini Info Kejadian Papua akan membahas meskipun magnitudo gempa ini relatif sedang, kejadian ini tetap menyoroti aktivitas seismik yang berkelanjutan di wilayah Papua.
Detail Gempa Bumi 16 Juni 2025
Gempa bumi terbaru yang melanda Kabupaten Tolikara, Papua Pegunungan, pada Senin, 16 Juni 2025, terjadi pada pukul 03.57 WIB. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi kekuatan gempa ini sebesar 4,1 magnitudo (M). Titik koordinat gempa tercatat di 3.15 Lintang Selatan dan 139.01 Bujur Timur.
Meskipun tidak disebutkan potensi tsunami untuk gempa ini, lokasi kejadian di darat dengan kedalaman yang tidak spesifik dalam informasi yang diberikan menunjukkan bahwa gempa ini kemungkinan besar merupakan gempa dangkal yang disebabkan oleh aktivitas tektonik lokal.
Sejarah Aktivitas Seismik di Tolikara
Kabupaten Tolikara, yang terletak di Provinsi Papua, memiliki riwayat aktivitas seismik yang signifikan. Pada tanggal 16 Mei 2018, gempa bumi berkekuatan 6,1 magnitudo (M) guncang wilayah Tolikara Papua, pada pukul 09.12 WIB. Gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Analisis BMKG kemudian memutakhirkan kekuatan gempa tersebut menjadi M=5,6. Episenter gempa ini terletak pada koordinat 3,7 Lintang Selatan dan 138,63 Bujur Timur, atau sekitar 29 kilometer arah tenggara Kota Geloko, dengan kedalaman menengah 88 kilometer.
Jenis gempa ini dikategorikan sebagai gempa menengah yang diakibatkan oleh aktivitas deformasi kerak bumi pada zona Western (Papua) Fold dan Thrust Belt (WFTB). Mekanisme sumber gempa menunjukkan pergerakan mendatar (strike slip).
Guncangan gempa 2018 dirasakan di daerah Wamena dengan intensitas III-IV MMI, serta di Nabire, Genyem, dan Timika dengan intensitas III MMI, dan Sentani dengan intensitas II MMI.
Selain itu, pada Sabtu, 6 April 2024, gempa bumi berkekuatan M 5.2 juga terjadi di Tolikara. Gempa ini memiliki kedalaman 101 km dengan pusat di darat, sekitar 48 km Barat Laut Kabupaten Tolikara.
Baca Juga:
Geologi dan Tektonik Papua Pegunungan
Papua Pegunungan merupakan wilayah yang secara geologis sangat aktif dan kompleks. Wilayah ini berada di pertemuan lempeng Pasifik dan Lempeng Indo-Australia, yang menghasilkan tekanan besar dan deformasi kerak bumi.
Sesar-sesar aktif banyak ditemukan di sepanjang Pegunungan Jayawijaya, termasuk di Tolikara, yang menjadi pemicu seringnya terjadi gempa bumi. Gempa-gempa di wilayah ini umumnya merupakan gempa dangkal hingga menengah, yang disebabkan oleh pergerakan sesar-sesar lokal.
Dampak Potensial Gempa M 4,1

Gempa dengan magnitudo 4,1 seperti yang terjadi pada 16 Juni 2025, umumnya tidak menyebabkan kerusakan struktural yang parah pada bangunan yang didirikan sesuai standar. Namun, guncangan dapat dirasakan oleh banyak orang, terutama di dalam ruangan, dan mungkin menyebabkan benda-benda ringan bergoyang atau terjatuh.
Penting untuk selalu mempertimbangkan potensi dampak gempa ini, terutama di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi atau bangunan yang kurang tahan gempa. Hingga saat ini, belum ada laporan mengenai kerusakan atau korban jiwa akibat gempa 16 Juni 2025.
Peran BMKG dalam Mitigasi Bencana
BMKG memiliki peran krusial dalam pemantauan dan penyebaran informasi terkait gempa bumi di Indonesia. Dengan sistem pemantauan seismik yang canggih, BMKG dapat dengan cepat mengidentifikasi lokasi, magnitudo, dan kedalaman gempa, serta menilai potensi bahaya yang mungkin timbul.
Informasi yang akurat dan tepat waktu dari BMKG sangat membantu masyarakat dan pemerintah daerah dalam mengambil langkah-langkah mitigasi dan tanggap darurat yang diperlukan. BMKG juga terus melakukan analisis ulang terhadap parameter gempa untuk memastikan akurasi data.
Kesimpulan
Mengingat tingginya frekuensi gempa bumi di Tolikara dan wilayah Papua lainnya, kesiapsiagaan masyarakat menjadi sangat penting. Edukasi mengenai tindakan yang harus diambil saat gempa, seperti “drop, cover, and hold on”, serta perencanaan evakuasi, sangatlah vital.
Pemerintah daerah dan lembaga terkait juga perlu terus menggalakkan program-program sosialisasi dan pelatihan mitigasi bencana. Untuk meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat dalam menghadapi gempa bumi.
Selain itu, pembangunan infrastruktur yang tahan gempa dan penataan ruang yang mempertimbangkan risiko seismik juga merupakan langkah strategis untuk mengurangi dampak bencana di masa depan. Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap hanya di Info Kejadian Papua.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari news.detik.com
- Gambar Kedua dari papua.inews.id