Posted in

PSU Pilkada Papua Panas! 20,3% Pemilih Masih Galau Tentukan Pilihan

Pemilihan Suara Ulang (PSU) Pilkada Papua yang akan digelar Agustus 2025 diprediksi berlangsung panas dan penuh ketegangan.

PSU Pilkada Papua Panas! 20,3% Pemilih Masih Galau Tentukan Pilihan

Survei terbaru Jaringan Survei Independent (JSI) mengungkap bahwa 20,3% pemilih masih belum menentukan pilihan, didominasi oleh pemilih pemula dari kalangan Gen Z. Ketidakpastian ini membuka peluang bagi kedua pasangan calon untuk memperebutkan suara mengambang.

Situasi semakin kompleks karena meningkatnya apatisme, kendala geografis, dan waktu persiapan yang terbatas menjelang hari pencoblosan. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Info Kejadian Papua.

Survei Ungkap Pemilih Galau Jadi Kunci Penentu

Survei yang dilakukan JSI pada 1–14 Juli 2025 melibatkan 1.200 responden yang tersebar di sembilan kabupaten/kota di Papua. Responden dipilih secara acak dari berbagai latar belakang profesi seperti petani, nelayan, PNS, mahasiswa, hingga pelajar.

Hasilnya menunjukkan bahwa dua pasangan calon, yakni Benhur Tomi Mano–Constant Karma (BTM–CK) dan Matius Derek Fakiri–Aryoko Rumaropen (MARI–YO), memiliki peluang yang hampir seimbang.

Namun, 20,3% responden mengaku belum menentukan pilihan, dan kelompok ini dinilai sebagai penentu utama dalam perebutan suara. Hari, peneliti utama dari JSI, menyatakan, “Mereka ini merupakan penentu kemenangan pada PSU Pilgub Papua.”

Pemilih Pemula Jadi Lumbung Suara Tak Tergarap

Temuan menarik lainnya adalah bahwa mayoritas pemilih yang masih galau berasal dari kelompok pemilih pemula atau Gen Z, yang jumlahnya mencapai 30% dari total pemilih, atau sekitar 150.000 hingga 200.000 orang. Kelompok ini menjadi incaran empuk bagi kedua paslon karena masih terbuka terhadap pengaruh kampanye, baik di lapangan maupun melalui media sosial.

Sayangnya, belum semua paslon memanfaatkan potensi Gen Z secara maksimal. Mereka cenderung bersikap pasif dan kurang percaya terhadap proses politik. “Banyak dari mereka merasa tidak yakin suara mereka akan membawa perubahan,” ujar Hari. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi tim sukses untuk menciptakan kampanye yang lebih dekat dan relevan bagi pemilih muda.

Baca Juga: Dinas Perikanan Biak Bersiap Kirim Ikan Segar ke Daerah Pegunungan Papua

Apatisme Meningkat Pasca-Putusan MK

Apatisme Meningkat Pasca-Putusan MK

Setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan dilakukannya PSU, semangat politik sebagian masyarakat Papua justru menurun. Hal ini terlihat dari meningkatnya sikap apatis dan tidak peduli terhadap PSU. Beberapa faktor seperti kejenuhan politik, ketidakpercayaan terhadap proses hukum, serta keraguan akan netralitas penyelenggara menjadi penyebab utama rendahnya antusiasme.

Hari menyebutkan bahwa jika situasi ini terus berlanjut, angka partisipasi pemilih dalam PSU bisa jauh di bawah rata-rata nasional. “Pasca-putusan MK, antusiasme pemilih justru menurun. Ini sinyal serius bagi penyelenggara dan paslon,” tegasnya.

Tantangan Lapangan Geografis, Logistik, dan Waktu

Selain masalah pemilih galau dan apatis, tantangan geografis menjadi hambatan signifikan dalam pelaksanaan PSU di Papua. Kondisi wilayah yang terpencil, akses terbatas, serta cuaca ekstrem membuat distribusi logistik pemilu menjadi sangat menantang.

Tak hanya itu, keterbatasan anggaran dan waktu persiapan juga menjadi momok yang harus segera diatasi. Penyelenggara pemilu dituntut untuk bekerja ekstra keras agar PSU dapat berjalan lancar, aman, dan demokratis. “Diperlukan koordinasi yang solid antara provinsi, kabupaten/kota, dan pihak keamanan,” ujar Hari menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor.

Paslon Harus Aktif Rangkul Pemilih Mengambang

Dalam kondisi pemilih yang belum menentukan sikap dan meningkatnya apatisme, kedua paslon harus mengambil langkah strategis untuk merangkul kelompok pemilih yang belum tergarap. Ini merupakan celah yang bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak suara secara signifikan.

Paslon BTM–CK dan MARI–YO dinilai memiliki peluang yang sama kuat, tergantung bagaimana strategi mereka dalam menyentuh suara pemula, kelompok skeptis, dan masyarakat yang tinggal di daerah sulit dijangkau.

Kesimpulan

PSU Pilkada Papua 2025 diprediksi akan menjadi pertarungan politik yang sengit dan penuh tantangan. Dengan lebih dari 20% pemilih masih belum menentukan pilihan dan tingkat apatisme yang meningkat pasca-putusan MK, kedua paslon harus bekerja ekstra keras dalam membangun kepercayaan publik.

Gen Z dan pemilih mengambang menjadi kunci penentu kemenangan, sementara penyelenggara dihadapkan pada tantangan berat mulai dari geografis hingga logistik. Jika tidak ditangani serius, PSU kali ini bisa menjadi ajang politik yang tidak hanya panas, tapi juga rawan konflik dan rendah partisipasi. Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap Info Kejadian Papua.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari regional.kompas.com
  2. Gambar Kedua dari www.antaranews.com